Demikian pesan SMS yang dikirimkan Dody melalui rekan Mapala UI, Makky Ananda, di Jakarta. "Kabut tebal benar, jarak pandang 7 meter, hujan salju dan angin kencang, cuaca buruk, trek enggak kelihatan, semua serba putih," begitu bunyi SMS Dody kepada Makky Ananda, Jumat.
Menurut Makky, keberhasilan Dody tersebut seperti upaya memperingati pencapaian Elbrus 20 tahun lalu oleh dua anggota senior Mapala UI, almarhum Didiek Samsu dan Aloysius Febrian. Didiek dan Aloy adalah dua anggota Mapala UI yang berhasil mencapai puncak gunung pada 1 Oktober 1990.
Uniknya, di puncak gunung yang berada di kawasan Kaukasus, Rusia, itu Dody melakukan pendakian dan summit attack (pencapaian ke puncak) secara solo atau tanpa ditemani pemandu gunung lokal. Sejatinya, hal ini yang membedakan Dody dengan prestasi pendaki-pendaki gunung Indonesia yang juga telah menggapai Puncak Elbrus secara tim.
Dalam beberapa SMS-nya ke Tanah Air, Dody menceritakan, cuaca buruk terus menerpanya untuk bisa mencapai puncak gunung, yang oleh masyarakat setempat disebut oshkamakho atau gunung kebahagiaan itu. Namun, Dody terus mencoba melawan hambatan alam dengan terus mendaki pada saat para pendaki lain turun kembali karena menganggap mustahil dilakukan.
Ia mengisahkan, Dody memang sempat turun kembali ke ketinggian 4.800 meter setelah berusaha satu jam melawan angin yang menderu-deru. Sampai akhirnya, pada Jumat selepas tengah hari itu, dedengkot acara petualangan di stasiun televisi swasta, Jejak Petualang, ini sukses menapaki ketinggian 5.642 meter Puncak Elbrus.
Tujuh Puncak di Tujuh Benua
Pada tahun 2010 tercatat lebih dari 15 pendaki gunung Indonesia mencoba menggapai Puncak Elbrus, yang terletak dekat perbatasan Rusia dan Georgia ini. Pendakian tersebut tak lepas dari target untuk mencapai tujuan ekspedisi Seven Summits atau Tujuh Puncak Dunia oleh pendaki-pendaki gunung Indonesia itu.
Sebelumnya, pada 19 Agustus 2010, tim dari Wanadri berhasil mencapai Puncak Elbrus. Tim tersebut sempat gagal mewujudkan pengibaran Merah Putih di puncak gunung itu pada 17 Agustus 2010 karena dihadang cuaca buruk.
Setelah Wanadri, tim Mahitala Universitas Parahyangan juga berhasil mendaki Elbrus. Mahitala bahkan membuat rute baru melalui sisi barat laut dan berhasil mencapai puncak gunung itu pada 25 Agustus 2010.
Ke depan, setelah pencapaian Mapala UI ini, Indonesia masih memiliki satu tim pendaki lagi, yakni tim Perempuan Wanadri. Menurut Dody, melalui SMS-nya, tim tersebut sedang dalam perjalanan mendaki.
"Waktu gue turun dari puncak, ketemu mereka lagi naik," ujar Dody, yang menjadi satu-satunya pendaki solo Indonesia ke Elbrus.
Sejarah Indonesia di Elbrus
Sejarah pendakian Indonesia di Puncak Elbrus dimulai pada 20 tahun lalu oleh Mapala UI. Tim tersebut mulai mendaki pada 27 September 1990 sebagai bagian dari Ekspedisi Pendakian Tujuh Puncak Dunia dan mencapai puncaknya pada 1 Oktober 1990.
Empat anggota tim pendakian tersebut terdiri dari almarhum Didiek Samsu, Aloysius Deddy Febrian, Norman Edwin, dan Soegihono Soetejo (Sute). Didiek dan Aloy berhasil menggapai Puncak Elbrus, sementara dua pendaki lainnya, yakni Norman dan Sute, harus rela turun karena terserang penyakit ketinggian (mountain sickness) yang parah.
Saat ini, Mapala UI terhitung sudah menuntaskan lima dari tujuh puncak gunung yang termasuk dalam rangkaian pendakian Tujuh Puncak Dunia, yakni Carstenz Pyramid, Kilimanjaro, Elbrus, McKinley, serta Aconcagua. Pada pendakian Mapala UI ke Aconcagua pada tahun 1992, Mapala UI sendiri harus rela kehilangan dua pendaki terbaiknya, Norman Edwin dan Didiek Samsu.
Sejak itu, program ekspedisi pendakian Tujuh Benua Mapala UI memang sempat tersendat. Baru pada tahun ini, Mapala UI kembali merancang program pendakiannya dan menargetkan Puncak Vinson Massif (4.892 m) di Kutub Selatan atau Benua Antartika sebagai puncak keenam dari tujuh puncak gunung yang ditargetkannya.(kompas.com)
No comments:
Post a Comment